KEBUDAYAAN KOREA
1.
Tentang Korea dan Sejarah Singkatnya.
Nama
asli Negara korea adalah Taehan Min’Guk dengan luas wilayah 98.400 km² dan
jumlah penduduk sebanyak 48.289.037 jiwa. Bentuk Negara republic dengan kepala
Negara Presiden, kepala pemerintahan perdana menteri, dan system pemerintahan
presidensial terpusat. Ibu kota Korea Selatan adalah Seoul, dengan bahasa
nasional Korea dan mata uang Korsel adalah Won. Kebanyakan penduduk Korea
beragama Kristen, Buddha, dan Chongogyoisme. Lagu kebangsaan Korea Selatan
adalah Aegukga.
Sejarah awal Korea berkisar di sekitar kerajaan kuno Choson yang muncul sekitar
2.300 tahun sebelum Masehi. Pada sekitar abad ke-2 sebelum Masehi, bangsa Cina
mendirikan koloni di daerah kerajaan tersebut. Namun, lima abad kemudian,
bangsa Korea mengusir mereka keluar. Sejak itu, muncul sebuah kerajaan, yaitu
kerajaan Silla. Kerajaan Silla (668 – 935) membawa puncak ilmu pengetahuan dan
budaya yang besar. Akibat adanya kerusuhan yang terjadi di dalam negeri pada
abad ke 10, dinasti Silla jatuh dan digantikan oleh dinasti Koryo. Selama
periode kepemimpinan dinasti Koryo (935 – 1392), Korea mengalami banyak
serbuan. Tentara Mongol yang dipimpin oleh Genghis Khan menyerbu dan akhirnya
menguasai Korea sehingga Korea menjadi bagian kekaisaran Mongol.
Setelah
runtuhnya Mongol pada akhir abad ke-14, berbagai golongan bangsawan dan militer
berusaha memegang kekuasaan di Korea . Akhirnya, seorang jenderal yang bernama
Yi Sung-Gy menghilangkan pemerintahan yang korup dan mendirikan dinasti Yi
(1392 – 1910). Kongfucuisme diperkenalkan sebagai agama resmi. Reformasi
politik dan social dimulai. Ibu kota negara dipindahkan dari Kaesong ke Seoul .
Namun, Korea masih tetap terancam oleh Cina dan Jepang. Kedua negara tersebut
ingin menguasai Korea untuk memperluas wilayah mereka. Setelah serangan yang
gagal dari kepang pada tahun 1592 – 1598, Korea jatuh di bawah kekuasaan Manchu
dari utara. Beberapa abad berikutnya, Korea menutup diri dari pergaulan dunia
menjadi negara pertapa. Pada tahun 1800-an, Rusia, Jepang, dan Cina bersaing
untuk menguasai Korea . Setelah perang Rusia – Jepang pada tahun 1904 – 1905,
Jepang bergerak ke semenanjung Korea dan mendudukinya pada tahun 1910. Pada
tahun 1919, penduduk Korea mengadakan demonstrasi secara damai karena
menginginkan kemerdekaan. Akan tetapi, polisi Jepang membubarkannya, malah ada
yang dibunuh dalam aksi tersebut.
Pada
tahun 1945, di akhir perang dunia II, tentara Uni Soviet menduduki bagian utara
Korea sedangkan tentara Amerika di bagian selatan. Setelah membuat suatu
perjanjian, Korea dibagi sejajar dengan garis lintang 38˚. Pada bagian selatan
berdirilah Republik Korea , sedangkan di daerah utara didirikan Republik
Demokratik Rakyat Komunis. Pada tanggal 25 Juni 1950, tentara Korea Utara
menyerang Korea Selatan dalam upaya menyatukan Korea dibawah kekuasaan komunis.
Korea Utara yang memakai persenjataan yang disediakan oleh Uni Soviet menang
atas Korea Selatan. Akan tetapi, atas bantuan PBB, Korea Selatan diselamatkan
atas kekalahan dan pertempuran pun diakhiri dengan gencatan senjata pada bulan
Juli 1953. Sejak saat itu, berbagai perundingan yang dilakukan untuk menyatukan
Korea selalu gagal.
2.
Keadaan social budaya Korea Selatan
a)
Budaya Perkawinan
Kebudayaan
garis keluarga di Korea adalah berdasarkan atas sistem Patrilinial. Pria
memegang peranan penting dalam kesejahteraan keluarga dan diwajibkan untuk
bekerja. Wanita diperbolehkan untuk bekerja hanya kalau diperbolehkan oleh
suami atau jika hasil kerja suaminya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
keluarga. Tugas utama wanita adalah untuk mengasuh anak dan menjaga rumah.
Budaya
perkawinan Korea sangat menghormati kesetiaan. Para janda, jika suami mereka
mati muda, tidak dizinkan menikah lagi dan harus mengabdikan hidupnya untuk
melayani orang tua dari suaminya. Begitu juga yang terjadi pada seorang duda
yang harus melayani orang tua dari istrinya walaupun istrinya tersebut mati
muda.
b)
Budaya dalam hal keturunan
Dalam
budaya Korea , keturunan atau anak dianggap sebagai sebuah anugerah yang amat
besar dari Tuhan. Oleh karena itu, setiap keluarga disarankan untuk memiliki
paling tidak seorang keturunan. Oleh karena budaya yang amat menghormati
anugerah Tuhan tersebut, aborsi yang bersifat sengaja akan diberikan hukuman
yang amat berat secara adapt, yaitu hukuman mati kepada sang Ibu dan orang lain
yang mungkin terlibat di dalamnya, seperti suaminya (jika suaminya yang
memaksa), dokter (jika dokter yang memberikan sarana untuk aborsi), dan
lain-lain. Akan tetapi, secara hukum, tidak akan diadakan hukuman mati. Hukuman
mati biasanya hanya dilaksanakan di daerah pedalaman Korea di mana adat masih
berpengaruh secara kuat.
Pembagian
harta warisan dalam budaya ini amatlah adil. Tanpa memperdulikan jenis kelamin,
keturunan dari seseorang akan mendapatkan pembagian harta dengan jumlah yang
sama dengan saudara-saudaranya. Akan tetapi, dalam prakteknya ini tidak selalu
terjadi. Kebanyakan orang tua menyisihkan lebih banyak harta warisan kepada
anak tertua mereka.
c)
Budaya Makanan
Dalam
budaya Korea , ada satu makanan khas yang memiliki suatu arti yang tidak
dimiliki oleh makanan lainnya. Makanan ini disebutkimchi. Di setiap
session makanan, ketidakberadaan kimchi akan memberikan kesan tidak lengkap.
Kimchi adalah suatu makanan yang biasanya merupakan sayuran yang rendah kalori
dengan kadar serat yang tinggi (misalnya bawang, kacang panjang, selada, dan
lain-lain) yang dimasak sedemikian rupa dengan bumbu dan rempah-rempah sehingga
menghasilkan rasa yang unik dan biasanya pedas. Dalam kenyataannya (menurut
hasil penelitian kesehatan WHO), jenis-jenis kimchi memiliki total gizi yang
jauh lebih tinggi dari buah manapun.
Hal
yang membuat kimchi menjadi makanan yang spesial ada banyak faktornya. Faktor
pertama adalah pembuatannya. Kimchi (dalam hal ini adalah kimchi yang
dihidangkan untuk acara-acara spesial, bukan kimchi untuk acara makan biasa dan
sehari-hari) dibuat oleh wanita dari keluarga bersangkutan yang mengadakan
acara tersebut dan hanya bisa dibuat pada hari di mana acara tersebut
dilaksanakan. Semakin banyak wanita yang turut membantu dalam pembuatan kimchi
ini, semakin “bermakna” pula kimchi tersebut. Kimchi juga merupakan faktor
penentu kepintaran atau kehebatan seorang wanita dalam memasak. Konon katanya,
jika seorang wanita mampu membuat kimchi yang enak, tidak diragukan lagi
kemampuan wanita tersebut dalam memasak makanan lain. Faktor ketiga adalah asal
mula kimchi. Kimchi pada awalnya dibuat oleh permaisuri dari Raja Sejong
sebagai hidangan untuk perayaan Sesi.
d) Kebiasaan
/ Tradisi, Kesenian, dan Bahasa Korea Selatan
Ada
sebuah tradisi / kebiasaan yang cukup terkenal di Korea. Tradisi ini dinamakan
“sesi custom”. Tradisi sesi dilaksanakan sekali setiap tahun. Sesi adalah
sebuah tradisi untuk mengakselerasikan ritme dari sebuah lingkaran kehidupan
tahunan sehingga seseorang dapat lebih maju di lingkaran kehidupan tahun
berikutnya. Tradisi sesi dilaksanakan berdasarkan kalender bulan (Lunar
Calender). Matahari, menurut adat Korea , tidak menunjukkan suatu karakteristik
musiman. Akan tetapi, Bulan menunjukkan suatu perbedaan melalui perubahan fase
bulan. Oleh karena itu, lebih mudah membedakan adanya perubahan musim atau
waktu melalui fase bulan yang dilihat.
Dalam
tradisi sesi, ada lima dewa yang disembah, yaituirwolseongsin (dewa
matahari bulan dan bintang), sancheonsin(dewa gunung dan
sungai), yongwangsin (raja naga), seonangsin(dewa
kekuasaan), dan gasin (dewa rumah). Kelima dewa ini disembah
karena dianggap dapat mengubah nasib dan keberuntungan seseorang. Pada hari di
mana sesi dilaksanakan, akan diadakan sebuah acara makan malam antar sesama
keluarga yang pertalian darahnya dekat (orang tua dengan anaknya). Acara makan
wajib diawali dengan kimchi dan lalu dilanjutkan dengan
“complete food session”.
Ada
juga mitos lain dalam memperoleh keberuntungan menurut tradisi Korea, antara
lain “nut cracking” yaitu memecahkan kulit kacang-kacangan yang keras pada
malam purnama pertama tahun baru, “treading on the bridge” yaitu berjalan
dengan sangat santai melewati jembatan di bawah bulan purnama pada malam
purnama pertama tahun baru yang katanya dapat membuat kaki kita kuat sepanjang
tahun, dan “hanging a lucky rice scoop” yaitu menggantungkan skop (sendok)
pengambil nasi di sebuah jendela yang katanya akan memberi beras yang melimpah
sepanjang tahun.
Kesenian
tradisional di Korea, dalam hal ini musik dan tarian, diperuntukkan khusus
sebagai suatu bagian dalam penyembahan “ lima dewa”. Ada beberapa alat musik
tradisional yang digunakan, misalnya hyeonhakgeum (sejenis
alat musik berwarna hitam yang bentuknya seperti pipa dengan tujuh buah senar)
dan gayageum(alat musik mirip hyeonhakgum tetapi
bentuk, struktur, corak, dan cara memainkannya berbeda dan memiliki dua belas
buah senar). Tarian tradisional yang cukup terkenal di Korea antara laincheoyongmu (tarian
topeng), hakchum (tarian perang), danchunaengjeon (tarian
musim semi). Tarian chunaengjeon ditarikan sebagai tanda
terima kasih kepada dewa irwolseongsin dan dewasancheonsin atas
panen yang berhasil.
Bahasa
yang digunakan di Korea adalah bahasa Korea . Penulisan bahasa Korea dinamakan
Hangeul. Hangeul diciptakan oleh Raja Sejong pada abad ke 15. Hangeul terdiri
dari 10 huruf vokal dan 14 konsonan yang bisa dikombinasikan menjadi banyak
sekali huruf-huruf dalam bahasa Korea. Hangeul sangat mudah dibaca dan
dipelajari. Hangeul juga dianggap sebagai bahasa tulisan yang paling sistematik
dan scientific di dunia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar